Kritik dan Esai cerpen "Kakek" karya M. Shoim Anwar
KAKEK Meski saat berbuka puasa masih sekitar satu jam lagi, Kakek ternyata sudah duduk menghadap meja makan yang sudah lengkap dengan berbagai masakan. Kalau hanya sekadar duduk tentu tak ada masalah. Tapi Kakek memang kakek. Apa yang dilakukan benar-benar aneh, ganjil, serta menggelikan. Pandangannya tak pernah dialihkan ke yang lain, dia selalu memandangi masakan itu. Sebentar-sebentar dia membuka tutup mangkuk sayur, mengangkat isinya dengan senduk, lalu menciumnya. “Segar...,” katanya manggut-manggut. Habis menikmati bausuk, Kakek berganti mengangkat piring ynag berisi daging goreng, diamat-amati dengan teliti, kemudian diciumnya bibir piring itu dengan pelan. Kelihatannya Kakek benar-benar menikmati baunya, matanya dipejamkan sambil menarik napas dengan lembut. “...